Sultan-Qaboos-Grand-Mosque-in-Muscat-Oman

Selasa, 18 Desember 2012

Menjaga Kesehatan Jantung dan Tulang Dengan Singkong


 
Walau singkong sering kalah pamor dengan keju, namun sebenarnya manfaat singkong untuk kesehatan amat besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa singkong ternyata mampu membuat jantung sehat dan tulang kuat.

Berikut ini antara lain manfaat dari singkong, seperti dilansir situs Nutrition and You.

  •     Kandungan kalori singkong cukup tinggi, bahkan mencapai 2 kali kalori kentang. Dalam 100 gr singkong didapat 160 kalori, hingga dapat menjadi makanan alternatif sumber kalori selain nasi.
  • Kandungan lemak dalam singkong rendah, dibanding dengan kacang-kacangan dan sereal. Namun proteinnya cukup tinggi jika dibanding makanan seperti kentang, pisang dan ubi.
  • Vitamin K dalam singkong dapat menjadi nutrisi yang membantu pembentukkan massa tulang. Ini membuat resiko penyakit osteoporosis menurun dan tulang menjadi lebih kuat.
  • Vitamin K juga baik untuk pengobatan penyakit Alzheimer karena membatasi berkembangnya kerusakan syaraf otak.
  • Singkong kaya vitamin B kompleks dan B6 yang dibutuhkan dalam pembentukkan darah, hingga baik untuk pasien anemia .
  • Singkong yang direbus dapat membantu menurunkan kadar kolesterol jahat, hingga baik untuk menurunkan resiko sakit jantung. Selain itu, serat yang dikandung oleh singkong pun baik untuk pencegah penyakit kanker usus, membantu mengendalikan diabetes, serta stroke.


 
Manfaat Dan Khasiat Singkong

Menurut pakar tanaman obat Prof. Hembing Wijayakusuma,efek farmalogis dari singkong adalah sebagai antioksidan, antikangker, antitumor, dan menambah nafsu makan. Bagian yang biasa dipakai pada tanaman ini adalah daun dan umbi.Umbi singkong memiliki kandungan kalori, protein, lemak, hidrat arang, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B dan C, dan amilum. Daun maengandung vitamin A, B1, dan C, kalsium, kalori, fosfor, protein, lemak, hidrat arang, dan zat besi.Sementara kulit batang, mengandung tannin,enzim peroksidase, glikosida, dan kalsium oksalat. Penyakit aterosklerosis atau timbunan lemak di dinding pembuluh darah dapat diceagah daenaga hanya makan daun singkong. Akibat tersumbatnya aorta (saluran darah besar), darah tidak bisa disalurkan ke jantung dan penderita menjadi anfal. Pada penelitian daun singkong mengandung cuprofilin yang mampu menurunkan kolesterol, trigliserida, lipida serum darah secara nyata. Cuprfilin pada daun singkong terdapat pada klorofilnya. Klorofil dan beberapa turunannya memiliki daya antioksidan dan antikangker.

Manfaat Singkong Untuk Pengobatan
Sakit Kepala : daun singkong ditumbuk lalu digunakan untukkompres. Obat Demam : 60 gram batang pohon singkong, 30 gram jali yang telah direndam hingga lembut direbus dengan 800 cc air hingga tersisa 400 cc. Ramuan disaring dan diminum airnya sebanyak 200 cc. lakukan dua kali sehari.Luka Bernanah : batang singkong segar ditumbuk lalu ditempelkan pada bagian tubuh yangsakit. Untuk luka garukan, singkong diparut lalu ditempelkan pada bagian yang sakit dan diperban. Luka Terkena Benda Panas : singkong diparut lalu diperas airnya didiamkan beberapa saat hingga patinya mengendap, lalu patinya dioleskan pada bagian yang luka.

Diare : 7 lembar daun singkong direbus dengan 800 cc air hingga tersisa 400 cc. Lalu disaring dan di minum airnya sebanyak 200 cc. Lakukan dua kali sehari.cacingan : 60 gram kulit batang singkong dan 30 gram daun ketepeng cina direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc. Lalu disaring dan diminum airnya menjelang tidur.

Beri-Beri : 200 gram daun singkong dimakan sebagai lalap.Meningkatkan Setamina : 100 gram singkong, 25 gram kencur, dan 5 butir angco yang telah dibuang bijinya, diblender dengan menambahkan air secukupnya. Lalu tambahkan madu dan diminum.

Khasiat Singkong
Kencing Manis : 100 gram ubi jalar, 15 gram kulit labu bligo, dan 50 gram biji alpukat direbus dengan 1.000 cc air hingga trsisa 500 cc. Lalu disaring dan diminum airnya, sedangkan ubinya dimakan.Penyakit Kuning : 200 gram ubi jalar merah, 30 gram daun serut atau mirten segar, dan madu secukupnya, direbus dengan 1.000 cc air hingga tersisa 500 cc. Ramuan disaring dan diminum dua kali sehari.Rematik, Asam Urat, Pegal Linu : 200 gram ubi jalar merah, 15 gram jahe merah, 10 gram jahe biasa, 5 butir cengkeh, 5 butir kapulaga, 1 jari kayu manis, 5 gram biji pala, 10 butir merica, dan gula secukupnya direbus denga 1.500 cc air hingga tersisa 600 cc. Lalu airnya diminum dan ubinya di makan.Keseleo dan Luka Memar : ubi jalar secukupnya dikeringkan dan ditumbuk hingga menjadi bubuk. Tambahkan arak putih lalu oleskan pada tempat kaki yang sakit.Eksim : 250 sampai 300 gram ubi jalar merah diblender atau diparut, airnya dioleskan pada bagian yang terkena eksim.Bisul : 100 sampai 200 gram ubi jalar putih diparut lalu ditempelkan pada bagian tubuh yang sakit.Herpes : 100 gram daun ugi jalar dijus lalu dioleskan pada bagian tubuh yang sakit.Sakit Tenggorokan : 200 gram ubi jalar putih dikeringkan lalu ditumbuk hingga menjadi bubuk. Seduh dengan air panas dan diminum hangat-hangat.Masuk Angin dan Perut Kembung : 200 gram ubi jalar merah, 15 gram jahe, 1 jari kayu manis, 5 butir cengkeh, 5 butir kapulaga, dan gula merah secukupnya derebus dengan 1.000 cc air hingga tersisa 500 cc, lalu diminum airnya.


 
Singkong, Makanan Pokok Penuh Khasiat

VIVAlife – Siapa yang tak kenal dengan tanaman rakyat satu ini, singkong. Singkong atau ubi kayu sangat digemari oleh masyarakat Indonesia, bahkan di beberapa daerah ketela pohon ini juga sering dijadikan sebagai makanan pokok.
 
Di balik harganya yang murah, singkong memiliki bebagai macam khasiat untuk kesehatan. Beberapa efek makologis dari tanaman umbi ini adalah sebagai anti oksidan, anti kanker, anti tumor, dan menambah nafsu makan. Disamping itu, singkong juga dapat menyembuhkan beberapa jenis penyakit, seperti yang dilansir dalam Beauty Health.com.


1. Reumatik

 
Untuk menyembuhkan penyakit ini, Anda dapat menggunakan sebagai pengobatan luar dan dalam. Pada pemakaian luar, gunakan lima lembar daun singkong ditambah 15 gram jahe merah dan kapur sirih secukupnya. Kemudian diaduk dan dioleskan pada bagian tubuh yang sakit.
 
Untuk pengobatan bagian dalam, Anda dapat menggunakan 100 gram batang singkong, satu batang serai, garam, 15 jahe. Semua bahan direbus dengan menggunakan 1000cc air hingga tersisa 400 cc. Kemudian disaring dan diminum airnya sebanyak 200cc. Lakukan cara ini dua hari sekali.
 

2. Demam

Saat demam, Anda dapat menggunakan batang singkong untuk menurunkan suhu panas badan. Rebus 60 gram batang singkong dan 300 gram daun singkong dengan 800 cc air. Biarkan rebusan menyusut hingga 400 cc, saring dan minum. Untuk hasil maksimal, Anda harus meminumnya sebanyak dua kali sehari.
 

3. Luka

Jenis umbi-umbian ini dapat digunakan untuk mengobati luka yang sudah memasuki tahap infeksi (nanah). Tumbuk batang singkong yang masih segar, lalu tempelkan pada bagian tubuh yang sakit atau parut singkong dan tempatkan pada bagian yang luka kemudian perban. Untuk luka akibat benda panas, singkong dapat diparut lalu diperas. Diamkan sari pati mengendap beberapa saat kemudian pati ditempelkan pada luka.
 
4. Diare
Untuk mengobati diare atau gangguan perut, Anda dapat menggunakan bagian daun dingkong. Caranya, rebus tujuh lembar daun singkong,dengan 800 cc air, biarkan hingga tersisa 400 cc, saring dan minum.
 

5. Cacingan

Jika cacing di perut tidak mempan, Anda dapat mencoba cara herbal satu ini. Rebus 60 gram kulit batang singkong dan 30 gram daun cina ketepeng dengan 600 cc. Rebus hingga tersisa 300 cc, lalu disaring dan diminum airnya menjelang tidur.
 

6. Sakit kepala

Kepala senut-senutan selalu mengganggu aktivitas. Minum obat sakit kepala yang berlibihan juga tidak baik untuk kesehatan. Sebaiknya, Anda mencoba cara alami dengan menumbuk daun singkong hingga halus, kemudian daruh di kepala untuk mengompres. Dijamin rasa nyeri kepala langsung hilang.
 

7. Beri-beri

Bagi pecinta lalapan daun singkong pasti akan terbebas dari penyakit satu ini. Namun, juntuk penderita beri-beri, Anda wajib mengkonsumsi 200 gram daun singkong rebus seperti layaknya lalapan.
 

8. Meningkatkan stamina

Untuk meningkatkan stamina, campurkan 100 gram singkong, 25 gram kencur, 5 butir angco, dan air secukupnya. Untuk menghindari rasa getir dan pahit, Anda dapat menambahkan madu. Stamina terjaga kerja pun penuh semangat. (sj)


 
Sejuta Khasiat Si Kulit Coklat (Singkong)

Singkong merupakan tanaman yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.Bukan hanya umbinya yang memiliki rasa yang khas,namun daun singkong bisa dijadikan sayuran yang nikmat.Umbi singkong sangat digemari dan minati hampir di semua wilayah di tanah air yang dikenal sebgai makanan pokok di daerah-daerah tertentu.Di beberapa daerah,singkong(Manihot utilissima)dikenal dengan berbagai nama,seperti ubi kayee(Aceh),Kasapen(Sunda),tela pohong(Jawa),tela belada(Madura),lame kayu(Makassar) dan pangala(Papua).

Tanaman singkong sangat mudah tumbuh dan ditanam dipekarangan,tanggur maupun sawah.Menurut pakar tanaman obat prof.Hembing Wijayakusuma ,efek farmakologis dari singkong adalah sebagai antioksidan.antikanker,antitumor dan menambah nasu makan.Umbi singkong memiliki kandungan kalori,protein,lemak.hidrat arang,klsium,fosfor,zatbesi,vitamin B dan C dan amilum.Daun singkong mengandung vitamin A.B1 dan C,kalsium,kalori,fosfor,protein,lemak.hidrat arang dan zat besi.Sementara kulit batangnya mengandung tannin,enzim peroksidase,glikosida dan kalsium oksalat.
Selain sebagain makanan,tanaman singkong memiliki sebagai khasiat sebagai obat.

Berikut ini resep penggunaan singkong untuk mengobati beberapa penyakit :

Rematik
Pada pemakaian luar, sebanyak 5 lembar daun singkong,15 gram jahe merah,dan kapur sirih secukupnya,dihaluskan dan ditambahkan air secukupnya.Setelah di aduk,ramuan di oleskan pada bagian tubuh yang sakit.
Pada pemakaian dalam,100 gram batang singkong.1 batang sereh,dan 15 gram jahe direbus dengan 1000cc air hingga tersisa 400cc.Lalu,disaring dan diminum airnya sebanyak 200cc.Lakukan 2kali sehari.

Sakit Kepala
Daun singkong ditumbuk lalu digunakan untuk kompres.Sebagai obat demam,60 gram batang pohon singkong,30 gram jaliyang telah direndam hingga lembut direbus dengan 800cc air hingga tersisa 400cc,ramuan disaring dan diminum airnya sebanyak 200cc,Lakukan 2 kali sehari.

Luka Bernanah
Batang singkong segar ditumbuk lalu ditempelkkan pada bagian tubuh yang sakit.Untuk Luka garukan,singkong diparut lalu ditempelkan pada bagian yang sakit dan diperban.

Diare
Ambil 7 lembar daun singkong direbus dengan 800cc air hingga tersisa 400cc.Lalu disaring dan diminum airnya sebanyak 200cc.Lakukan 2 kali sehari.

Cacingan
Siapkan 60 gram kulit batang singkong dan 30 gram daun ketepeng cina.Lalu direbus dengan 600cc air hingga 300cc.kemudian disaring dan diminum airnya menjelang tidur.

Demam
Ambil 1 buah tangaki daun singkong,lalu direbus dengan 3gelas air sampai mendidih.Lalu disaring dan diminum airnya.Lakukan 2 kali sehari.Pagi dan sore,atau ambil 3 lembar daun singkong,ditumbuk halus dan gunakan untuk mengompres.

Maag 

Ambil singkong yang masih muda.Kupas dan cuci lalu dimakan mentah.Bisa juga direbus terlebih dahulu.Namun lebih di utamakan dengan cara dimakan mentah.

Luka Melepuh(kena knalpot)
Ambil 1 potong singkong.Parut dan kemudian peras untuk ambil airnya,kemudian biarkan beberapa saat sampai tepung tapiokanya mengendap.Oleskan tepungnya pada bagian tubuh yang luka.Bisa juga dengan mengambil 2 atau 4 helai daun singkong tua(bukan yang kering)banyaknya daun tergantung besar dan banyaknya luka.Daun itu dikunyah dan dimamah sampai agak halus.Lalu tempelkan pada luka dan biarkan sekira 10-15 menit.Setelah itu bisa dbuang.

Kutu Air
Ambillah singkong yang masih muda(baru dipetik dari batangnya),lalu dikelupas dan parut.Setelah itu tempelkan parutan tersebut pada bagian yang terkena kutu air (yang luka).Jika parutan anda tempelkan itu sudah mengering,maka gantilah dengan parutan yang baru.Dengan cara tersebut,dalam waktu 2 hari luka kutu air akan sembuh.

Rabu, 12 Desember 2012

Kebahagiaan Bukan Berupa Harta, Pangkat, Jabatan, dan Kedudukan


Penulis : Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan

Keberuntungan dan Kebahagiaan

Siapa gerangan yang tak hendak mendapatkan untung? Siapa pula yang tak ingin meraih bahagia? Semua orang tentu mendambakan keberuntungan sekaligus kebahagiaan. Namun banyak orang menyangka keberuntungan dan kebahagiaan itu dapat diraih bila seseorang berhasil mendapatkan dunia berupa harta, pangkat, jabatan, dan kedudukan. Karena pandangan seperti itu, mereka pun menghabiskan waktu, umur, dan tenaga mereka guna meraih apa yang menurut mereka sebagai sebab (faktor) keberuntungan dan kebahagiaan. Padahal, sungguh mereka telah salah dan tidaklah mereka mengikuti petunjuk. Lihatlah Qarun yang hidup di zaman Nabi Musa, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya saja harus dipikul oleh sekelompok lelaki yang kuat. Namun apa akhirnya kisahnya? Karena kedurhakaannya, ia ditenggelamkan ke dalam bumi bersama hartanya, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala kabarkan dalam Al-Qur’an:

فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ

Kami pun membenamkan Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi, maka tidak ada suatu golongan pun yang menolongnya selain Allah (dari azab-Nya).” (Al-Qashash: 81)

Sampai pula kabar kepada kita tentang Fir‘aun si durjana yang binasa dengan kerajaan dan kekuasaannya. Demikian pula umat-umat terdahulu yang memiliki kekuatan hebat dan kekuasaan yang besar, namun ingkar kepada Rabb semesta alam. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya:

Apakah kamu tidak memerhatikan bagaimana Rabbmu telah berbuat terhadap kaum ‘Ad, (yaitu) penduduk Iram yang memiliki bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu di negeri-negeri lain. Dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah. Dan kaum Fir’aun yang mempunyai tentara yang banyak, yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri, lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu. Oleh sebab itulah Rabbmu menimpakan kepada mereka cemeti azab. Sesungguhnya Rabbmu benar-benar mengawasi.” (Al-Fajr: 6-14)

Lalu, apakah kemajuan teknologi dalam berbagai bidang yang di zaman ini dikuasai oleh orang-orang kafir merupakan sebab keberuntungan dan kebahagiaan mereka? Sekali-kali tidak!

Ketahuilah wahai saudariku, bila iman tidak menjadi pegangan dan akidah yang shahihah tidak menjadi landasan, akan rusak binasalah dunia dan jadilah seluruh amalan tiada berfaedah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman mengabarkan tentang amalan orang-orang kafir, yang artinya:

Dan amal-amal orang-orang kafir adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu, dia tidak mendapati apa-apa….” (An-Nur: 39)

Permisalan amalan-amalan orang-orang yang kafir kepada Rabb mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikit pun dari apa yang telah mereka usahakan di dunia. Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.” (Ibrahim: 18)

Kehidupan orang kafir di dunia ini –dengan segenap harta yang ada pada mereka berikut kekuasaan, kekuatan, dan teknologi– Allah Subhanahu wa Ta’ala namakan dengan perhiasan sementara, yang akan berakhir dengan kerugian dan api neraka. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya:

Janganlah sekali-kali kamu teperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka adalah Jahannam dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya.” (Ali ‘Imran: 196-197)

Sebagian kaum muslimin yang lemah imannya teperdaya manakala melihat orang-orang kafir diberi keluasan dan kelapangan dalam kehidupan dunia. Akibatnya ia kagum dan mengagungkan mereka di dalam hatinya. Sebaliknya, bila ia melihat kelemahan yang menimpa kaum muslimin dan terbelakangnya kehidupan mereka, ia menyangka semua itu gara-gara Islam. Islam berikut pemeluknya pun jadi hina di dalam jiwanya.

Ketahuilah, kebangkrutan dan kerugian orang kafir di dunia dan di akhirat merupakan suatu kemestian, karena mereka telah kehilangan penegak keberuntungan dan kebahagiaan. Di antara yang paling inti adalah iman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hari akhir. Keberuntungan hanyalah bagi orang-orang beriman dan bertakwa, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang artinya:

Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak wanita yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa yang mencari di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat yang dipikulnya dan janjinya, dan orang-orang yang menjaga shalat mereka. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yaitu) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.” (Al-Mu’minun: 1-11)

Alif laam miim. Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugrahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada Al-Qur’an yang telah diturunkan kepadamu dan beriman kepada kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya kehidupan akhirat. Mereka itulah yang tetap beroleh petunjuk dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al-Baqarah: 1-5)

Sebab-sebab keberuntungan yang bisa kita sebutkan di sini di antaranya:

-Bertaubat dari dosa-dosa, beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan beramal shalih. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَأَمَّا مَنْ تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَعَسَى أَنْ يَكُونَ مِنَ الْمُفْلِحِينَ

Adapun orang yang bertaubat dan beriman serta mengerjakan amal shalih maka semoga ia termasuk orang-orang yang beruntung.” (Al-Qashash: 67)

-Terus-menerus berzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana firman-Nya, yang artinya:

Berzikirlah kalian kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya agar kalian beruntung.” (Al-Anfal: 45)

-Menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji dan menjauh dari sifat-sifat tercela. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya:

Berinfaklah dengan infak yang baik untuk diri kalian. Barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (At-Taghabun: 16)

Dalam surah yang lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى. وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى

Sungguh beruntung orang yang menyucikan dirinya. Dia ingat nama Rabbnya kemudian ia mengerjakan shalat.” (Al-A’la: 14-15)

Demikianlah wahai saudariku… Akan datang suatu hari kelak di mana tampak bagi seluruh manusia siapa yang beruntung dan siapa yang merugi. Hari yang pasti itu adalah hari ditimbangnya seluruh amalan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya:

Timbangan pada hari itu ialah kebenaran. Maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu berlaku zalim terhadap ayat-ayat Kami.” (Al-A’raf: 8-9)

Sebelum datang hari itu, masih terbuka kesempatan bagi kita. Selama hayat masih dikandung badan, (masih ada kesempatan) untuk berbenah diri sehingga kita mengatur amalan kita, memperbaiki apa yang rusak dari amalan kita dan memperbanyak amal kebaikan agar berat dalam timbangan pada hari kiamat kelak. Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

(Disarikan dari Al-Khuthab Al-Minbariyyah fil Munasabat Al-’Ashriyyah, Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan, 2/183-186)

Wallahu a’lam bishowab.

Dikutip dari www.asysyariah.com Penulis : Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan Judul: Keberuntungan dan Kebahagiaan

Traveling Naik Pesawat, Perhatikan Dulu 6 Hal Ini


Oleh: Fitraya Ramadhanny - detikTravel

Jakarta - Bagi beberapa orang, traveling dengan pesawat terbang adalah suatu hal yang baru. Jika Anda termasuk di dalamnya, ada baiknya membaca 6 hal penting berikut ini.

Naik pesawat, rasanya berbeda dengan naik kereta atau kapal laut. Prosedur dan aturan yang berbeda, membuat persiapan naik pesawat tidak sama dengan moda transportasi lainnya. Disusun detikTravel, Kamis (13/12/2012) inilah 6 hal yang harus diketahui saat pertama kali naik pesawat.

1. Datang 2 jam sebelum keberangkatan

Jangan coba-coba datang terlambat ke bandara. Anda pasti ditinggal pesawat. Biasakan untuk datang ke bandara 2 jam sebelum waktu keberangkatan yang tertera dalam tiket pesawat.

Sebabnya, banyak hal yang harus ditempuh mulai dari pemeriksaan keamanan, check in, sampai berjalan ke ruang boarding yang cukup makan waktu. Di Bandara Soekarno-Hatta dengan 3 terminal, mencari terminal keberangkatan sesuai nama maskapai pun makan waktu untuk yang baru pertama kali ke sana.

Banyak traveler yang datang mepet-mepet waktu keberangkatan. Namun akibatnya mereka jadi terburu-buru. Mereka yang ingin datang dengan aman, bahkan memilih datang ke bandara 3 jam sebelum jadwal keberangkatan.

2. Pemeriksaan keamanan

Hal paling penting di bandara adalah pemeriksaan keamanan yang biasanya berlangsung sampai 2 kali. Saat masuk ke dalam bandara untuk check in, Anda harus melalui metal detector dan koper Anda harus melalui mesin sinar X. Terkadang, Anda diminta melepas semua logam dari tubuh, mulai dari arloji, ponsel, sampai uang koin. Semua dimasukan ke nampan khusus.

Jangan nekat membawa senjata tajam atau bahan yang mudah terbakar. Mereka yang membawa barang terlarang seperti narkoba atau bom, dijamin langsung berurusan dengan pihak berwajib.

Pemeriksaan keamanan yang kedua adalah menjelang masuk ke ruang tunggu sebelum naik ke pesawat. Lagi-lagi ada metal detektor dan pemeriksaan barang bawaan. Biasanya pemeriksaan kedua fokus pada benda cair yang Anda bawa. Jangan membawa benda cair melebihi 100 ml, misalnya parfum atau deodoran. Air mineral yang Anda bawa kerap diambil petugas.

3. Check in

Anda tidak bisa masuk pesawat tanpa melakukan check in. Ini adalah prosedur resmi dimana pihak maskapai mencatat setiap penumpang yang datang ke dalam data manifes penerbangan. Carilah loket check in sesuai nama maskapai Anda, lantas antrelah dengan tertib sampai tiba giliran Anda.

Anda akan dimintai tiket atau print out tiket elektronik. Anda juga dimintai tanda bukti identitas diri seperti KTP atau paspor untuk yang mau terbang ke luar negeri. Bagasi Anda juga akan ditimbang di sini, sesuai batas atau malah overweight alias kelebihan beban. Untuk hal yang kedua, terkadang Anda harus membayar ongkos tambahan atau merayu-rayu petugas check in.

Dalam proses check in, setiap penumpang akan diberikan boarding pass sebagai tanda bisa masuk ke dalam pesawat dan nomor tempat duduk. Anda juga bisa memesan mau duduk di sebelah mana. Pada maskapai full service, proses check in ini juga menentukan apakah Anda bisa masuk pesawat duluan karena naik di kelas bisnis, atau karena sakit, hamil, tua, atau membawa anak-anak.

Setelah itu jangan lupa membayar airport tax Rp 40.000 per orang untuk penerbangan domestik dan Rp 150.000 per orang untuk penerbangan internasional di Bandara Soekarno Hatta. Airport tax ini biasanya lebih murah lagi pada bandara lain. Saat ini untuk maskapai Garuda Indonesia, airport tax sudah digabungkan dengan harga tiket.

4. Imigrasi

Untuk mereka yang akan terbang ke luar negeri, tahapan selanjutnya adalah proses imigrasi. Anda akan kembali menghadapi loket-loket dan diminta mengantre dengan tertib. Proses imigrasi dilakukan satu persatu kecuali Anda membawa anak kecil.

Anda tidak boleh berdiri dekat loket saat mengantre. Perhatikan garis kuning di lantai. Berdirilah di garis kuning, sambil menunggu orang di depan Anda selesai melakukan proses imigrasi.

Saat imigrasi, data paspor Anda akan disalin petugas, bisa discan atau lembar data paspor biometrik Anda digesek petugas. Sekali gesek, muncullah semua data Anda di layar komputer. Petugas imigrasi mencocokan foto paspor dan wajah Anda. Selanjutnya mereka akan memberikan cap stempel keberangkatan pada buku paspor Anda.

5. Boarding

Perhatikan betul boarding pass Anda. Di situ ada petunjuk ruang mana dan gate mana Anda harus menunggu pesawat. Perhatikan juga jam boarding dan jam terbang pesawat. Menunggulah di ruang boarding bersama para penumpang lainnya. Jangan salah ruang tunggu ya, tanyakan petugas dan tunjukan boarding pass Anda.

Jika waktu boarding masih lama, penumpang yang sudah check in biasanya memilih jalan-jalan di dalam bandara. Mereka melihat-lihat aneka toko, atau mungkin menyempatkan minum kopi dan sebagainya. Hal ini sah-sah saja dilakukan, tapi sekali lagi, perhatikan jam keberangkatan pesawat.

6. Duduk di pesawat

Panggilan untuk naik pesawat pun tiba. Para penumpang di ruang boarding siap-siap mengantre naik pesawat. Yang naik duluan adalah penumpang kelas bisnis dan penumpang prioritas seperti manula, orang sakit atau yang membawa anak-anak.

Anda masuk ke pesawat bisa dengan belalai, turun ke landasan kemudian naik tangga khusus, atau naik bus terlebih dahulu jika pesawat Anda parkirnya jauh. Carilah tempat duduk Anda sesuai nomor pada boarding pass. Letakan ransel atau tas tenteng Anda di kompartemen di atas tempat duduk. Jangan kebanyakan membawa barang atau meletakan barang asal-asalan, atau Anda dicibir penumpang lain.

Jika kompartemen penuh, carilah yang kosong di dekat tempat duduk Anda, atau taruh di kolong tempat duduk di depan Anda. Biasakan untuk langsung memakai sabuk pengaman dan, ini yang paling penting, segera matikan ponsel Anda. Duduklah yang rileks dan perhatikan petunjuk keselamatan penerbangan yang diperagakan pramugari. Anda pun siap mengudara!

Rabu, 28 November 2012

Hukum Meminta Jabatan dan dalil-dalilnya


20 Mei 2012 oleh Radio Dakwah Al Abror

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menasehatkan kepada Abdurrahman bin Samurah radhiallahu ‘anhu yang artinya:

“Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau meminta kepemimpinan. Karena jika engkau diberi tanpa memintanya, niscaya engkau akan ditolong (oleh Allah dengan diberi taufik kepada kebenaran). Namun jika diserahkan kepadamu karena kepemimpinanmu, niscaya akan dibebankan kepadamu (tidak akan ditolong)”. (HR. Bukhari Muslim)

Masih berkaitan dengan pemasalahan di atas, juga didapatkan riwayat dari Abu Dzar al-Ghifari radhiallahu ‘anhu, ia berkata: “ Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah engkau menjadikanku sebagai pemimpin?” Mendengar permintaanku tersebut, beliau menepuk pundakku seraya bersabda yang artinya:

“Ya Abu Dzar, engkau seorang yang lemah sementara kepemimpinan itu adalah amanah. Dan nanti pada hari kiamat, ia akan menjadi kehinaan dan penyesalan kecuali orang yang mengambil dengan haknya dan menunaikan apa yang seharusnya ia tunaikan dalam kepemimpinan tersebut”. (HR. Muslim)

Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:

“Wahai Abu Dzar, aku memandangmu seorang yang lemah, dan aku menyukai untuk-mu apa yang kusukai untuk diriku. Janganlah sekali-kali engkau memimpin dua orang dan jangan sekali-kali engkau menguasai pengurusan harta anak yatim”. (HR. Muslim)

Kepemimpinan yang diimpikan dan diperebutkan

Menjadi seorang pemimpin dan memiliki sebuah jabatan merupakan impian semua orang kecuali sedikit dari mereka yang dirahmati oleh Allah. Mayoritas orang justru menjadikannya sebagai ajang rebutan khususnya jabatan yang menjanjikan lambaian rupiah (uang dan harta) dan kesenangan dunia lainnya.

“Sesungguhnya kalian nanti akan sangat berambisi terhadap kepemimpinan, padahal kelak di hari kiamat ia akan menjadi penyesalan”. (HR. Bukhari)

Bagaimana tidak, dengan menjadi seorang pemimpin, memudahkannya untuk memenuhi tuntutan hawa nafsunya berupa kepopuleran, penghormatan dari orang lain, kedudukan atau status sosial yang tinggi pada manusia, menyombongkan diri di hadapan mereka, memerintah dan menguasai, kekayaan, kemewahan serta kemegahan.

Wajar bila kemudian untuk mewujudkan ambisinya ini, banyak elit politik atau ‘calon pemimpin’ di bidang lainnya, tidak segan-segan melakukan politik uang dengan membeli suara masyarakat pemilih atau mayoritas anggota dewan. Atau ‘sekedar’ uang tutup mulut untuk meminimalisir komentar miring saat berlangsungnya masa pencalonan atau kampanye, dan sebagainya. Bahkan yang ekstrim, ia pun siap menghilangkan nyawa orang lain yang dianggap sebagai rival dalam perebutan kursi kepemimpinan tersebut. Atau seseorang yang dianggap sebagai duri dalam daging yang dapat menjegal ambisinya meraih posisi tersebut. Nas-alullah as-salamah wal ‘afiyah.

Berkata Al-Muhallab sebagaimana dinukilkan dalam Fathul Bari (13/`135): “Ambisi untuk memperoleh jabatan kepemimpinan merupakan faktor yang mendorong manusia untuk saling membunuh. Hingga tertumpahlah darah, dirampasnya harta, dihalalkannya kemaluan-kemaluan wanita (yang mana itu semuanya sebenarnya diharamkan oleh Allah) dan karenanya terjadi kerusakan yang besar di permukaan bumi.”

Seseorang yang menjadi penguasa dengan tujuan seperti di atas, tidak akan mendapatkan bagiannya nanti di akhirat, kecuali siksa dan adzab. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya:

“Itulah negeri akhirat yang Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri di muka bumi dan pula membuat kerusakan. Dan akhir yang baik1142 itu hanya untuk untuk orang-orang yang bertakwa”. (al-Qashash: 83)

Al-Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya mengatakan yang artinya: “Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan bahwasanya negeri akhirat dan kenikmatannya yang kekal yang tidak akan pernah lenyap dan musnah, disediakan-Nya untuk hamba-hamba-Nya yang beriman, yang tawadhu’ (merendahkan diri), tidak ingin merasa tinggi di muka bumi yakni tidak menyombongkan diri di hadapan hamba-hamba Allah yang lain, tidak merasa besar, tidak bertindak sewenang-wenang, tidak lalim, dan tidak membuat kerusakan di tengah mereka”. (Tafsir Ibnu Katsir, 3/142)

Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah yang artinya: “Seseorang yang meminta jabatan seringnya bertujuan untuk meninggikan dirinya di hadapan manusia, menguasai mereka, memerintah dan melarangnya. Tentunya tujuan yang demikian ini jelek adanya. Maka sebagai balasannya, ia tidak akan mendapatkan bagiannya di akhirat. Oleh karena itu seseorang dilarang untuk meminta jabatan”. (Syarh Riyadhus Shalihin, 2/469)

Sedikit sekali orang yang berambisi menjadi pimpinan, kemudian berpikir tentang kemaslahatan umum dan bertujuan memberikan kebaikan kepada hamba-hamba Allah dengan kepemimpinan yang kelak bisa dia raih. Kebanyakan mereka justru sebaliknya, mengejar jabatan untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya. Program perbaikan dan janji-janji muluk yang digembar-gemborkan sebelumnya, tak lain hayalah ucapan yang manis di bibir. Hari-hari setelah mereka menjadi pemimpin yang kemudian menjadi saksi bahwa mereka hanyalah sekedar mengobral janji kosong dan ucapan dusta yang menipu. Bahkan yang ada, mereka berbuat zalim dan aniaya kepada orang-orang yang dipimpinnya. Ibaratnya ketika belum mendapatkan posisi yang diincar tersebut, yang dipamerkan hanya kebaikannya. Namun ketika kekuasaan telah berada dalam genggamannya, mereka lantas mempertontonkan apa yang sebenarnya diinginkanya dari jabatan tersebut. Hal ini sesuai dengan pepatah ‘musang berbulu domba’. Ini sungguh perbuatan yang memudharatkan diri mereka sendiri dan nasib orang-orang yang dipimpinnya.

Betapa rakus dan semangatnya orang-orang yang ingin menginginkan jabatan ini, sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan kerakusan terhadap jabatan lebih dari dari dua ekor serigala yang kelaparan lalu dilepas di tengah segerombolan kambing. Beliau bersabda yang artinya:

“Tidaklah dua ekor serigala yang lapar dilepas di tengah gerombolan kambing lebih merusakan daripada seseorang terhadap agamanya karena ambisinya untuk mendapatkan harta dan kedudukan yang tinggi”. (HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh Muqbil dalam Ash-Shahihul Musnad, 2/178)

Nasehat bagi mereka yang sedang berlomba merebut jabatan/kepemimpinan

Kepemimpinan adalah amanah, sehingga orang yang menjadi pemimpin berarti ia tengah memikul amanah. Dan tentunya, yang namanya amanah harus ditunaikan sebagaimana mestinya. Dengan demikian tugas menjadi pemimpin itu berat, sehingga sepantasnya yang mengembannya adalah orang yang cakap dalam bidangnya. Karena itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang orang yang tidak cakap untuk memangku jabatan karena ia tidak akan mampu mengemban tugas tersebut dengan semestinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda yang artinya:

“Apabila amanah telah disia-siakan, maka nantikanlah tibanya hari kiamat. Ada yang bertanya: “Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan menyia-nyiakan amanah?” Beliau menjawab: “Apabila perkara itu diserahkan kepada selain ahlinya, maka nantikanlah tibanya hari kiamat”. (HR. Bukhari)

Selain itu jabatan tidak boleh diberikan kepada seseorang yang memintanya dan berambisi untuk mendapatkannya. Abu Musa radhiallahu ‘anhu berkata: “Aku dan dua orang laki-laki dari kaumku pernah masuk menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka salah seorang dari keduanya berkata: “Angkatlah kami sebagai pemimpin, wahai Rasulullah”. Temannya pun meminta hal yang sama. Bersabdalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya:

“Kami tidak menyerahkan kepemimpinan ini kepada orang yang memintanya dan tidak pula kepada orang yang berambisi untuk mendapatkannya”. (HR. Bukhari-Muslim)

Hikmah dari hal ini, kata para ulama, adalah orang yang memangku jabatan karena permintaanya, maka urusan tersebut akan diserahkan kepada dirinya sendiri dan tidak akan ditolong oleh Allah, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Abdurrahman bin Samurah di atas: “Bila engkau diberikan dengan tanpa memintanya, niscaya engkau akan ditolong (oleh Allah dengan diberi taufik kepada kebenaran). Namun bila diserahkan kepadamu karena permintaanmu niscaya akan dibebankan kepadamu (tidak akan ditolong)”. (Syarh Shahih Muslim, 12/208, Fathul Bari 13/133, Nailul Authar, 8/294)

Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata: “Sepantasnya bagi seseorang tidak meminta jabatan apapun. Namun bila ia diangkat bukan karena permintaannya, maka ia boleh menerimanya. Akan tetapi jangan ia meminta jabatan tersebut dalam rangka wara’ dan kehati-hatiannya dikarenakan jabatan dunia itu bukanlah apa-apa.” (Syarh Riyadhush Shalihin, 2/470)

Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata ketika mengomentari hadits Abu Dzar: “Hadits ini merupakan pokok yang agung untuk menjauhi kepemimpinan terlebih bagi seseorang yang lemah untuk menunaikan tugas-tugas kepemimpinan tersebut. Adapun kehinaan dan penyesalan akan diperoleh bagi orang yang menjadi pemimpin sementara ia tidak pantas dengan kedudukan tersebut atau ia mungkin pantas namun tidak berlaku adil dalam menjalankan tugasnya. Maka Allah menghinakannya pada hari kiamat, membuka kejelekannya, dan ia akan menyesal atas kesia-siaan yang dilakukannya. Adapun orang yang pantas menjadi pemimpin dan dapat berlaku adil, maka akan mendapatkan keutamaan yang besar sebagaimana ditunjukkan oleh hadits-hadits yang shahih seperti hadits: “Ada tujuh golongan yang Allah lindungi mereka pada hari kiamat, di antaranya imam (pemimpin) yang adil”. Dan juga hadits yang disebutkan setelah ini tentang orang-orang yang berbuat adil nanti di sisi Allah (pada hari kiamat) berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya. Demikian pula hadits-hadits lainnya. Kaum muslimin sepakat akan keutamaan hal ini. Namun bersamaan dengan itu karena banyaknya bahaya dalam kepemimpinan tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan darinya, demikian pula para ulama. Beberapa orang yang shalih dari kalangan pendahulu kita mereka menolak tawaran sebagai pemimpin dan mereka bersabar atas gangguan yang diterima akibat penolakan tersebut.” (Syarh Shahih Muslim, 12/210-211)

Ada sebagian orang menyatakan bolehnya meminta jabatan dengan dalil permintaan nabi Yusuf kepada penguasa Mesir yang artinya:

“Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir), sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan”. (Yusuf: 55)

Maka dijawab, bahwa permintaan beliau ini bukan karena ambisi beliau untuk memegang jabatan kepemimpinan. Namun semata karena keinginan beliau untuk memberikan kemanfaatan kepada manusia secara umum sementara beliau melihat dirinya memiliki kemampuan, kecakapan, amanah dan menjaga terhadap apa yang tidak mereka ketahui. (Taisir Kalimirrahman, hal. 401)

Al-Imam Asy-Syaukani berkata: “Nabi Yusuf meminta demikian karena kepercayaan para nabi terhadap diri mereka dengan sebab adanya penjagaan dari Allah terhadap dosa-dosa mereka (ma’shum). Sementara syariat kita yang sudah kokoh (tsabit) tidak bisa ditentang oleh syariat umat yang terdahulu sebelum kita, karena mungkin meminta jabatan dalam syariat Nabi Yusuf pada waktu itu dibolehkan.” (Nailul Authar, 8/294)

Ketahuilah wahai mereka yang sedang memperebutkan kursi jabatan dan kepemimpinan, sementara dia bukan orang yang pantas untuk mendudukinya, kelak pada hari kiamat kedudukan itu nantinya akan menjadi penyesalan karena ketidakmampuannya dalam menunaikan amanah sebagaimana mestinya. Al-Qadhi Al-Baidhawi berkata: “Karena itu tidak sepantasnya orang yang berakal, bergembira dan bersenang-senang dengan kelezatan yang diakhiri dengan penyesalan dan kerugian”. (Fathul Bari, 13/134)

Wallahu ‘alamu bish-shawab.

Al-Ustadz Muslim Abu Ishaq al-Atsari

Meraih Jabatan


Memang jabatan adalah sesuatu yang sangat menggiurkan setiap manusia. Karena disitulah terdapat kamasyhuran, ketenaran, kehormatan dan kemapanan sosial ekonomi. Karena itu wajarlah ketika Rasulullah saw menyebutkan bahwa tidaklah dua ekor srigala lapar yang dilepas kepada kerumunan kambing lebih merusak agama daripada ambisi seseorang terhadap harta dan jabatan.” (HR. Tirmidzi) dan Tirmidzi mengatakan,”ini adalah hadits hasan shahih)

Dan tidak jarang ambisi seseorang terhadap jabatan menutupi akal sehatnya bahkan meredupkan keimanannya kepada Allah swt. Banyak mengajar jabatan dengan cara-cara yang diharamkan agama, seperti suap, menzhalimi kompetitornya, membohongi rakyatnya atau yang lainnya. Sangat mungkin mereka yang melakukannya mengetahui betul bahwa itu semua diharamkan dan dilarang oleh agama. Lalu mengapa mereka tetap melakukannya? Apakah mereka tidak mengetahui bahwa Allah Maha Melihat? Apakah mereka tidak meyakini bahwa kelak mereka akan ditanya oleh Allah azza wa jalla?

Jabatan adalah amanah yang kebanyakan orang tidak mampu menunaikannya dengan baik kecuali orang-orang dirahmati dan dibantu oleh Allah swt. Karena itu islam mengharuskan mereka yang menduduki jabatan (kekuasaan) adalah orang-orang yang mampu dan kuat terhadap berbagai bujuk rayu setan yang mengajaknya menyalahi janji jabatannya dan menyimpang darinya.

Rasulullah saw tidaklah memberikan jabatan kepada orang-orang yang memintanya karena itu adalah tanda ambisiusnya, yang kebanyakan nafsunya melebihi kemampuannya sebagaimana yang diriwayatkan dari Abdurrahman bin samurah bahwa Nabi saw bersabda,”Wahai Abdurrahman janganlah kamu meminta imaroh (jabatan, kepemimpinan). Sesungguhnya jika engkau diberikannya karena memintanya maka engkau tidak akan dibantu.” (HR. Bukhori)

Al Hafizh Ibnu hajar mengatakan bahwa makna dari hadits diatas adalah siapa yang meminta jabatan dan diberikan kepadanya maka dia tidak akan dibantu dikarenakan ambisinya. Arti dari itu adalah bahwa meminta apa-apa yang berkaitan dengan hukum adalah makruh, termasuk didalam imaroh adalah hakim, pengawas dan lainnya. Dan bahwasanya siapa yang berambisi dengan hal itu tidaklah akan dibantu.

Selanjutnya Al Hafizh mengutip hadits Abi Musa,”Sesungguhnya kami tidaklah mengangkat pemimpin dari orang yang ambisi” karena itu selanjutnya beliau mengungkapkan kata “pertolongan”. Maka sesungguhnya siapa yang tidak mendapatkan pertolongan dari Allah didalam amalnya maka amal itu tidaklah cukup oleh karena itu tidak sepatutnya menyambut permintaannya. Sebagaimana diketahui bahwa kepemimpinan tidaklah kosong dari kesulitan. Maka barangsiapa yang tidak mendapatkan pertolongan maka ia akan mendapat kesulitan dan kerugian di dunia dan akherat. Dan barangsiapa yang memiliki akal maka ia tidaklah bersikeras untuk memintanya akan tetapi jika ia memiliki kemampuan dan diberikan tanpa memintanya maka sungguh Rasulullah saw menjanjikan pertolongan-Nya dan didalamnya terdapat keutamaan. Al Muhallab mengatakan bahwa terdapat penafsiran tentang pertolongan didalam hadits Bilal bin Mirdas dari Khaitsamah dari Anas,”Barangsiapa yang meminta kepemimpinan dan meminta bantuan melalui para perantara maka semuanya diserahkan kepadanya (tidak dibantu, pen). Dan barangsiapa yang tidak menyukai hal itu maka Allah akan turunkan malaikat yang akan memandunya.” Dikeluarkan oleh Ibnul Mundzir.

Selanjutnya al Muhallab mengatakan bahwa makna “tidak menyukai hal itu” adalah orang itu memganggap bahwa dirinya bukanlah ahlinya dalam jabatan tersebut karena khawatir dan takut terjatuh didalam perkara-perkara yang diharamkan dan jika orang itu memegang jabatan maka dia akan ditolong dan diarahkan. Pada dasarnya barangsiapa yang tawa’dhu (merendahkan dirinya) dihadapan Allah maka Allah akan mengangkatnya. Ibnut Tiin mengatakan bahwa itulah makna yang paling dominan. Sedangkan perkataan Yusuf : “Jadikanlah Aku bendaharawan negara (Mesir)” (QS. Yusuf : 55) dan perkataan Sulaiman : “dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan.” (QS. Shaad : 35) mengandung kemungkinan bahwa maksud diatas semua adalah terhadap selain para Nabi. (Fathul Bari juz XIII hal 146 – 147)

Terhadap perkataan Nabi Yusuf diatas, Sayyid Qutb mengatakan bahwa Yusuf tidaklah meminta untuk dirinya sendiri, dia melihat bahwa memegang kekuasaan dan meminta untuk dijadikan sebagai bendaharawan negara merupakan sikap bijaksananya didalam memilih waktu yang mengharuskannya untuk itu, memikul suatu kewajiban yang sulit dan berat, mengemban beban berat pada waktu-waktu yang sangat sulit. Dia menjadi orang yang bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan pangan rakyat seluruhnya demikian pula orang-orang yang ada di sekitar negerinya selama tujuh tahun tanpa ada tanaman dan binatang ternak. Kedudukan yang diminta itu bukanlah untuk diri Yusuf sendiri, sesungguhnya memenuhi kebutuhan pangan setiap rakyatnya yang kelaparan selama tujuh tahun secara terus menerus menjadikan tidak seorang pun yang mengatakan bahwa jabatan itu adalah keberuntungan baginya.

Sesungguhnya jabatan itu adalah beban berat yang setiap orang lari darinya dikarenakan hal itu telah dipikul oleh para pemimpin mereka seblumnya sementara kelaparan bisa menjadikannya kafir. Sungguh masyarakat yang lapar telah tercabik-cabik jasadnya didalam berbagai pemandangan kekufuran dan kehilangan akal. (Fii Zhilalil Qur’an juz V hal 2005)

Dengan demikian meminta agar dijadikan pemimpin, pejabat negara, hakim, atau segala bentuk kepemimpinan yang bertanggung jawab terhadap urusan-urusan manusia baik didalam lingkup publik maupun khusus (terbatas) termasuk didalamnya untuk menjadi pejabat di sebuah instansi sementara keadaan tidaklah mengharuskan dirinya untuk memintanya dikarenakan masih banyaknya orang-orang yang lebih memiliki kemampuan dan kapasitas untuk tugas itu maka hal itu adalah bukti ambisi dan syahwatnya sehingga tidak diperbolehkan.

Dan hal itu dibolehkan manakala tidak ada lagi orang yang menginginkannya atau tidak ada yang sanggup mengemban amanah jabatan itu dan dikhawatirkan instansi yang bersangkutan akan bangkrut atau mengalami kerugian atau para karyawannya terancam kehilangan pekerjaan atau sejenisnya sehingga keterpaksaanlah yang menuntutnya untuk meminta agar dijadikan pemimpin atau manager di perusahaan itu dengan tetap meniatkan semua itu karena Allah swt dan untuk kepentingan bersama bukan kepentingan pribadinya.

Sebagaimana yang terjadi pada Nabi Yusuf as meskipun dia meminta agar dijadikan bendaharawan Negara akan tetapi Allah swt tetap mengatakan bahwa dia adalah termasuk orang-orang yang ikhlas didalam firman-Nya :

إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ

Artinya : “Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba kami yang terpilih (ikhlas).” (QS. Yusuf : 24) Sehingga orang yang seperti ini layak mendapatkan bantuan dan pertolongannya dari Allah swt karena bersih dari berbagai ambisi dan syahwat kepemipinan atau kekuasaan.

Adapun seeorang yang bercita-cita untuk menjadi pemimpin atau seorang staf yang bercita-cita untuk menjadi seorang manager tentunya berbeda dengan seorang yang meminta jabatan kepemimpinan.

Cita-cita bisa menjadi harapan manakala orang itu mengikutinya dengan berbagai usaha dan upaya keras untuk menggapainya. Tentunya bagi seorang muslim semua upaya itu ditempuhnya dengan cara-cara yang dibenarkan menurut agama bukan dengan cara-cara yang dilarangnya. Namun cita-cita itu akan hanya menjadi angan-angan manakala orang itu tidak pernah berusaha dan berupaya untuk menggapainya, sebagaimana ungkapan yang mengatakan,”Siapa yang berusah keras maka ia akan mendapatkan hasilnya.”

Atau sebagaimana disebutkan didalam firman-Nya :

Artinya : “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (QS. Al Kahfi : 110)

Pada dasarnya permasalahan bukanlah pada jabatan atau kepemimpinan itu sendiri akan tetapi pada cara untuk mendapatkannya. Seperti halnya orang yang bercita-cita menikah dengan seorang wanita cantik. Tentunya tidak seorang pun menyalahkan cita-cita orang ini karena hal itu termasuk perkara yang dibolehkan atau tidak dilarang. Akan tetapi yang tidak diperbolehkan baginya adalah berusaha mencarinya dengan cara-cara yang dilarang atau diharamkan agama maka pernikahan orang itu kelak tidak akan mendapat keberkahan dari Allah swt dan jauh dari bantuan-Nya dalam setiap permasalahan di rumah tangganya. Akan tetapi jika orang itu mendapatkannya dengan cara-cara yang dibenarkan dan dihalalkan agama maka pernikahannya kelak akan diberkahi dan ditolong oleh-Nya.

Hal lainnya, bahwa cita-cita adalah mengharapkan atau menginginkan sesuatu yang akan datang atau belum terjadi pada saat ia mencita-citakannya sehingga tidaklah bisa diberikan hukum atasnya berbeda dengan meminta jabatan maka ia adalah perbuatan yang terjadi pada sat memintanya sehingga sudah bisa diberikan hukum atasnya apakah ia dibolehkan atau dilarang.

Wallahu A’lam